Shakira Gadis Kecil Korban Kebiadaban Militer AS (True Story)

iddailynews - Shakira Gadis Kecil Korban Kebiadaban Militer AS. Ini adalah sebuah kisah diantara banyaknya kisah kebiadaban militer AS ketika melakukan serangan kepada negara-negara yang mereka anggap musuh mereka. Tidak terhitung mungkin, bisa kita lihat bagaimana AS dan Israel terus melancarkan serangan bom, rudal dan lainnya ke wilayah Palestina.

Shakira bukan nama yang sebenarnya, seorang gadis cilik ini terluka parah akibat serangan Bom yang dilakukan Militer AS ke Pakistan.


Ia punya bulu mata, tapi tak dibingkai alis. Jari-jarinya masih utuh, tapi empat kukunya copot. Saking tegangnya, ia bahkan tak bisa menggerutkan wajahnya. Tapi, bagaimanapun, dia masih bisa tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih.

Wajah Shakira menggambarkan penderitaan, tapi namanya Shakira menggambarkan masa depan baru yang bakal ditempuhnya. Shakira berarti "bersyukur".

Seperti dimuat stasiun televisi CNN, 22 Desember 2011, minggu lalu, Shakira yang baru berusia empat tahun tiba di Amerika Serikat. Pengasuhnya, yang ia panggil "Ibu", Hashmat Effendi, berharap perjalanan ini akan menjadi awal dari pemulihan bocah kecil itu.

Di negeri Paman Sam, Shakira akan menjalani operasi, memulihkan bekas-bekas lukanya yang terbakar akibat serangan pasukan AS di Pakistan.

Meski ia tak bakal kembali normal, Effendi berharap, operasi akan membuat Shakira lebih mudah menjalani masa depannya tumbuh dewasa dan menuntun orang lain menemukan kasih dan cinta seperti yang ia rasakan.

Kali permata Effendi bertemu Shakira pada 2009, saat mengikuti misi bantuan kesehatan House of Charity di Desa Swat, Palistan. Sejatinya, itu adalah wilayah yang cantik, mirip Swiss. Namun, di masa kekuasaan Taliban, desa itu menjadi ajang kekerasan dan pertumpahan darah.

Kala itu, seorang dokter menemukan tiga gadis kecil yang ditinggalkan di tempat sampah. Dalam kondisi luka parah, berikut percakapannya.

"Siapa mereka," tanya dokter itu.

Tak ada yang tahu.

"Di mana orang tuanya? Dari mana mereka?"

Juga tak ada jawaban.

Penduduk hanya mengatakan, dari luka yang mereka alami, tiga gadis kecil itu diduga adalah korban serangan AS yang diarahkan ke markas Taliban.

Tiga bocah malang itu lalu dibawa ke House of Charity oleh dokter yang menemukannya. Dua di antaranya lalu meninggal, sementara satu lainnya punya harapan hidup, dengan syarat, ia dirawat dengan baik.

Bocah yang selamat diperkirakan berusia setahun. Namun badannya lebih kecil untuk anak seusianya -- kurus, kotor, penuh darah. Luka bakar memenuhi wajahnya, juga kepala, dan lengannya.

Awalnya, Effendi mengaku mencari keluarga si bocah untuk mendapatkan persetujuan operasi. Usaha itu sia-sia. Hingga kini, tak ada yang mengaku sebagai keluarganya. Dokter akhirnya memutuskan untuk merawat luka bakarnya, jika tidak, mereka harus mengampitasinya. Effendi lalu menamainya Shakira. "Hidup adalah berkah baginya," kata dia.

Awalnya, Shakira dirawat di Rumah Sakit Shalimar, di Lahore, selama tiga tahun, sampai akhirnya Effendi bisa membawanya ke Houston tempat tinggalnya.

Bocah itu bertepuk tangan senang, saat pesawat Qatar Airways mendarat di AS. Selama di AS. Effendi membawa Shakira ke McDonald, makan nugget ayam, belajar bahwa kentang goreng disenut "french fries" dan saos tomat adalah "ketchup".

Seperti seorang ibu, Effendi mengasuh Shakira dan menunjukkan kasih sayangnya. Sampai suatu hari, Shakira yang berlari ke kamar mandi, berteriak histeris: melihat wajahnya di kaca.

Saat itulah, Effendi merasa harus berbuat sesuatu. Ia lalu menemui dokter Robert McCauley dari Rumah Sakit Anak, Shriners di Galveston yang bersedia mengoperasi secara suka rela.

"Ini tak mudah, jelas bukan prosedur yang bisa dilakukan dalam sehari," kata McCauley. Ia akan melakukan operasi perdana pada 16 Januari, mulai dari lengan kanan Shakira.

Ia mengaku, tak akan pernah bisa mengembalikan alis Shakira, atau membuat empat jari bocah itu kembali memiliki kuku. Juga saat makan makanan pedas, Shakira akan merasa iritasi  kondisi itu tak bisa diperbaiki.

Dokter juga tak bisa melenyapkan bekas luka bakar parah di dahi bocah itu, namun, McCauley berharap, ia bisa memperbaiki mata Shakira, juga hidungnya.

Effendi berharap, kelak Shakira bisa diadopsi sebuah keluarga di AS. Sebab, "tak adil untuk mengembalikannya ke Pakistan. Ia tak punya siapapun di sana."

Untuk saat ini, Shakira akan menyesuaikan diri dengan kehidupan di Amerika di rumah Effendi.

Itulah kisah tragis dari Shakira, satu dari sekian banyak gadis kecil yang merasakan kebiadaban Militer AS. Sungguh pilu namun tetap bersyukur disaat seperti itu masih ada orang yang sangat peduli terhadap nyawanya, sangat jarang kita bisa menemukan orang seperti Effendi.

Dengan kisah tragis Shakira gadis kecil korban dari Kebiadaban Militer AS diatas semoga kita bisa terenyuh, bisa terpanggil untuk lebih peduli terhadap sesama yang sedang menderita. (AK)

vivanews
Previous
Next Post »
Thanks for your comment