5 Kasus Malpraktek Paling Mengerikan


Meskipun sedang sakit, banyak orang merasa takut jika harus pergi ke rumah sakit. Sayangnya, meskipun tindakan itu bisa memperburuk kondisi kesehatan mereka, rasa takut itu cukup beralasan jika mengingat banyaknya kejadian malpraktek yang terjadi setiap hari di berbagai belahan dunia. Mulai dari peralatan medis tertinggal di dalam tubuh pasien hingga dokter mengamputasi kaki yang salah. Kesalahan-kesalahan mengerikan semacam ini bisa saja terjadi pada semua orang dan kadang-kadang harus dibayar dengan nyawa.

Berikut daftar 5 Kasus Malpraktek Paling Mengerikan, seperti dikutip dari paling-unik.com.

1. Suvenir sepanjang 33 cm

Donald Church adalah seorang pria berusia 49 tahun yang mempunyai tumor di perutnya. Pada bulan Juni 2000 Donald menjalani operasi pengangkatan tumor di University of Washington Medical Center di Seattle. Tumor yang selama ini menggerogotinya memang berhasil diangkat, tetapi Donald malah merasakan kesakitan yang hebat di perutnya.

Hasil foto sinar-x menemukan sebuah peralatan kesehatan yang disebut retractor sepanjang 33 cm tertinggal di dalam perutnya. Dan yang membuat miris, kejadian ini bukanlah yang pertama di rumah sakit itu. Dalam tiga tahun terjadi empat kasus serupa. Untungnya semua peristiwa itu tidak ada yang menyebabkan kematian. Meskipun demikian, tak urung pihak rumah sakit harus membayar ganti rugi sebanyak 97 ribu dollar kepada Donald Church.

2. Salah amputasi

Malpraktek yang ini agaknya tidak mungkin terjadi tapi sayangnya hal ini benar-benar terjadi. Seorang pasien bernama Willie King berusia 52 tahun harus kehilangan satu kakinya yang sehat karena kesalahan prosedur amputasi pada bulan Februari 1995. Salah amputasi ini berawal dari rangkaian kesalahan demi kesalahan prosedur operasi.

Mulai dari laporan perawat yang salah hingga kealpaan dokter untuk mengecek ulang laporan tersebut. Dan ketika di tengah operasi dokter menyadari telah terjadi kesalahan, semuanya sudah terlambat. Sebagai akibat dari malpraktek ini, tim dokter dan perawat yang bertugas saat itu dibebastugaskan dari jabatannya dan harus membayar ganti rugi 250 ribu dollar. Sedangkan pihak rumah sakit University Community Hospital harus membayar 900 ribu dollar kepada korban.

3. Operasi otak yang salah

Pada bulan Nopember 2007, seorang wanita berusia 82 tahun harus menjalani operasi untuk menghentikan pendarahan yang terjadi di otaknya. Dokter yang bertugas di ruang operasi mengebor bagian kanan kepala pasien meskipun dalam CT scan jelas tergambar pendarahan terjadi di bagian kiri otak pasien. Untungnya sebelum operasi diteruskan dokter tersebut menyadari kesalahannya.

Masalahnya adalah, kejadian tersebut bukan yang pertama kali terjadi. Dalam setahun, para dokter di Rhode Island Hospital telah melakukan kesalahan yang sama sebanyak 3 kali. Bahkan dalam salah satu kasus, pasien harus kehilangan nyawanya karena malpraktek tersebut. Atas kesalahan tersebut pihak rumah sakit cuma dikenakan ganti rugi sebanyak 50 ribu dollar.

4. Transplantasi jantung yang salah

Seorang gadis berusia 17 tahun bernama Jesica Santillan harus meregang nyawa dua minggu setelah menjalani operasi transplantasi jantung dari donor yang salah. Kali ini yang harus bertanggung jawab adalah para dokter di Duke University Medical Center. Mereka gagal melakukan diagnosis kompatibilitas golongan darah sebelum operasi dimulai.

Gadis yang berasal dari Mexico itu datang ke Amerika Serikat tiga tahun sebelumnya untuk mencari pengobatan karena jantungnya bermasalah. Sayangnya usahanya tersebut malah mengantarkan gadis cantik itu menuju kematian karena menerima jantung dari donor dengan golongan darah type-A sedangkan golongan darahnya sendiri adalah type-O. Atas kasus itu pihak rumah sakit harus membayar ganti rugi yang tidak disebutkan jumlahnya.

5. Dokter membuang organ yang salah

Pada tahun 2014 kemarin, seorang ibu muda berusia 32 tahun bernama Maria De Jesus sedang hamil 20 minggu ketika dibawa ke Queen’s Hospital di Essex karena sakit usus buntu. Operasi darurat akhirnya dilakukan oleh dokter muda karena hari itu adalah hari libur dimana dokter senior tidak berada di tempat. Entah bagaimana awalnya, alih-alih mengoperasi usus buntu Maria, dokter muda itu malah membuang indung telur ibu yang sedang hamil itu.

Malpraktek ini baru diketahui hampir tiga minggu kemudian ketika rasa sakit akibat usus buntu Maria tidak kunjung berhenti. Dua hari setelah Maria dibawa kembali ke rumah sakit tersebut, ibu muda ini meninggal di meja operasi. Ironisnya adalah dokter muda itu tetap bekerja di sana meskipun telah melakukan malpraktek yang mengerikan.

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment