Nusantara menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan. Ada jejak peradaban misterius, hewan-hewan dan tumbuhan aneh, kerabat nenek moyang manusia yang bertubuh mini, reruntuhan bangunan purba kolosal, dan benang merah sejarah Indonesia modern yang masih kusut.
Pertanyaan yang belum terjawab itu tak hanya menerbitkan rasa penasaran penduduk Indonesia, tapi juga warga dunia.
Misalnya, penduduk Bumi yang bertanya-tanya kisah kapal hantu yang konon diawaki pelaut Tanah Air, atau terkait fakta bahwa nenek moyang penduduk sebuah negara di Afrika adalah segelintir perempuan asal Indonesia.
Dan, ketika bukit batu yang dipenuhi semak belukar di Magelang, Jawa Tengah — yang ditulis Gubernur Jenderal Britania Raya, Sir Thomas Stamford Raffles dalam ‘History of Java’ — ternyata adalah Candi Borobudur, orang pun bertanya-tanya apakah gundukan batuan basalt di Cianjur sejatinya adalah piramida tertua di muka Bumi?
Berikut 6 misteri terkait Indonesia yang juga bikin penasaran dunia, seperti yang dikutip dari Liputan6.com
1. Kapal Hantu Ourang Medan
Suatu hari di bulan Juni 1947, 2 kapal Amerika yang sedang berada di Selat Malaka — City of Baltimore dan Silver Star — menerima pesan darurat dari kapal dagang milik Belanda, SS
Ourang Medan. Atau ‘Orang Medan’
Seorang operator di kapal Ourang Medan mengirimkan kode Morse. Isinya: “Semua awak kapal, termasuk kapten terbaring sekarat di ruang peta (chartroom) dan anjungan. Mungkin semuanya telah meninggal dunia.”
Kemudian kalimat terakhir diterima. “Aku (akan) mati,” seperti dikutip dari Daily Mail. Setelah itu pesan radio terputus.
Pesan mengerikan tersebut juga didengar pos pemantauan milik Belanda dan Inggris yang ada di sekitar Selat Malaka.
Kemudian, para operator radio penerima berusaha melacak sumber sinyal dan menentukan bahwa pesan tersebut datang dari SS Ourang Medan, yang juga ada di Selat Malaka.
Pemberitaan soal Ourang Medan di koran masa lampau
Kapal Silver Star adalah yang terdekat. Nakhodanya lalu memutar haluan mendekati lokasi Ourang Medan. Mereka menemukan kapal itu terapung-apung di lautan.
Yang mengerikan, jasad-jasad para krunya bertebaran di dek. Semuanya dalam kondisi mengerikan: mata terbelalak.
Ekspresi ketakutan dan horor terlihat jelas dalam wajah-wajah beku. Pun dengan anjing kapal yang ditemukan mati.
Awak kapal AS, Silver Star yang melakukan pengecekan tak menemukan tanda-tanda kekerasan, tak ada darah yang merembes, tiada tanda-tanda perlawanan.
Kapten Silver Star memerintahkan agar tali pengeret dipasangkan ke Ourang Medan, agar kapal tersebut bisa ditarik ke pelabuhan terdekat, agar aparat bisa menyelidiki apa gerangan penebar maut di bahtera tersebut.
Namun, sebelum niatan itu terlaksana, asap tebal mengepul dari bagian kapal. Kemudian, ledakan terjadi. Ourang Medan pun tenggelam. Semua bukti-bukti karam ke dasar laut.
Legenda Ourang Medan menyebar dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Dijadikan artikel majalah-majalah spesialisasi kisah misteri.
Sebuah laporan resmi terkait kapal itu bahkan muncul dalam Proceedings of the Merchant Marine Council US Coast Guard edisi Mei 1952. Hingga kini belum diketahui, apakah Ourang Medan kisah nyata atau bohong belaka. Legenda kapal-kapal hantu yg terkenal di dunia lainnya dapat dibaca disini
2. Balok Misterius Terdampar di Pantai-pantai Eropa
Benda persegi hitam, mirip talenan, terbawa ombak di seantero Eropa. Tak ada yang tahu, dari mana ia berasal. Hanya ada petunjuk kata ‘Tjipetir’ yang tercetak di permukaan kenyal itu.
Salah satu orang yang menemukannya, Tracey Williams, warga Newquay, Cornwall, Inggris berusaha memecahkan misterinya.
Ia melacaknya dari kata ‘Tjipetir’. Hasil risetnya menemukan kata tersebut bersesuaian dengan nama sebuah kebun karet di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia, yang beroperasi sejak akhir Abad ke-19 dan awal Abad ke-20. Ketika Nusantara masih bernama Hindia Belanda.
Dan ternyata, benda persegi itu sejatinya bukan karet, namun mirip gutta-percha atau getah perca: lateks koagulasi dari cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat dipadatkan, umumnya terdapat di Semenanjung Malaysia.
Pada Abad ke-19 hingga pertengahan Abad ke-20, bahan itu digunakan sebagai insulasi kabel telegraf yang melintang di dasar laut.
Williams lantas menyebarkan temuannya itu di laman Facebook-nya. Orang-orang pun makin ramai merespons dan berbagi kisah ‘Tjipetir’ temuannya.
Ternyata benda persegi itu ditemukan tak hanya di Inggris dan Wales, tapi sampai di Shetland, Channel Islands, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, dan Denmark. Sejumlah orang juga melaporkan temuan karung dan gulungan karet.
Diduga balok Tjipetir itu adalah tumpahan kargo kapal Jepang Miyazaki Maru yang tenggelam pada Mei 1917, di tengah Perang Dunia I. Selengkapnya dapat dibaca disini
3. Darah Indonesia di Madagaskar
Sebelum nenek moyang dari Indonesia tiba, Madagaskar hanya dihuni lemur
Sejak lama Madagaskar menjadi daya tarik bagi para antropolog. Alasannya, pulau keempat terbesar dunia itu sebelumnya hanya dihuni hewan lemur. Selama ribuan tahun, tak ada manusia yang menjamahnya.
Seperti dimuat situs sains, Physorg.com, penelitian genetika yang dipimpin Murray Cox dari Massey University Selandia Baru mengungkap hal mengejutkan: bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah 30 perempuan — 28 di antaranya yang berasal dari Indonesia. Kok bisa?
Petunjuk didapatkan dari uji DNA 266 orang dari tiga etnis Malagasy — orang asli Madagaskar dan analisi mitokondria atau baterai sel yang gennya diwariskan dari ibu.
“Hal yang tak biasa tentang pulau ini adalah, Madagaskar terletak sangat jauh dari Indonesia. Ia juga dihuni belakangan, ketika sebagian besar dunia telah berpenghuni,” kata peneliti dari Massey University Selandia Baru, Murray Cox, kepada situs sains LiveScience.
Para perempuan Nusantara itu datang ke pulau di pesisir Benua Afrika itu pada 1.200 tahun. Diduga, kapal mereka tenggelam kala itu.
Simulasi komputer juga menunjukkan, pemukiman pertama di Madagaskar ada pada tahun 830 Masehi, saat yang bersamaan dengan berkembangnya perdagangan nusantara di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di Sumatera.
Penduduk Madagaskar antre di bilik suara
Tak hanya soal DNA, ada faktor lain yang menunjukkan kontribusi Nusantara, yakni bahasa. Dari segi linguistik, penduduk Madagaskar bicara dalam bahasa, yang asal-usulnya bisa dilacak sampai Indonesia. Sebagian besar dari leksikon Ma’anyan, bahasa yang dipraktekan sehari-hari di masyarakat yang bermukim di sepanjang Sungai Barito, di wilayah pedalaman.
Juga ditemukan segelintir bahasa yang akarnya dari Jawa, Melayu, atau Sansekerta.
Bukti lain pengaruh Nusantara di Madagaskar adalah penemuan perahu cadik, peralatan besi, instrumen musik seperti gambang. Juga peralatan makan yang sangat ‘tropis’, sistem tanam padi, pisang, ubi jalar di sela-sela hutan.
Bagaimana para perempuan ini sampai di Madagaskar, hingga kini masih jadi misteri besar? kasus ini sebenarnya terkait dengan kerajaan sriwijaya yang dapat dibaca disini
4. Atlantis di Indonesia?
Apa yang diungkap Plato dalam dialog ‘Timaeus dan Critias’, yang ditulis sekitar tahun 330 Sebelum Masehi menjadi petunjuk yang memicu pencarian besar-besaran terhadap sebuah peradaban yang hilang: Atlantis.
Menurut, sang filsuf Yunani, Atlantis terhampar “di seberang pilar-pilar Herkules”.
Pulau berberadaban maju itu konon memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudera. “Hanya dalam waktu satu hari satu malam”.
Meski sejumlah orang menganggap apa yang diungkap Plato sebagai kiasan, sejumlah ilmuwan dan petualang berusaha ‘menyibak’ lautan, untuk mencari tahu di mana posisi Atlantis.
Konon, lokasinya ada di Spanyol, Kepulauan Mediterania, Gurun Sahara, Amerika Tengah, Antartika, Afrika, atau Samudera Atlantik — yang namanya mirip.
Namun, kata penulis Brasil Arysio Santos, Atlantis tak kunjung ditemukan karena mereka mencarinya di tempat yang salah.
“Atlantis berada di Samudera Hindia, di belahan lain Bumi,” kata dia. Pria berlatar belakang fisika nuklir itu menunjuk Indonesia sebagai lokasi persisnya.
Dalam bukunya, “Atlantis the Lost Continents Finally Found”, Santos menggambarkan Atlantis berada di “the most volcanic region in the world” alias daerah paling banyak gunung berapinya.
Dan, seperti dikutip laman Atlan.org, faktanya Indonesia terdiri dari ribuan gunung berapi yang berubah menjadi pulau-pulau.
Indonesia juga pernah mengalami bencana letusan gunung Krakatau dan Tambora. Bahkan, Danau Toba di Sumatera adalah bekas salah satu kawah gunung berapi.
Letusan beberapa gunung berapi secara bersamaan, kata Santos, menyelimuti permukaan bumi mencairkan es dan memicu ombak raksasa yang menenggelamkan Atlantis. Benarkah demikian?
Baca juga mengenai teori yang mengatakan atlantis bukan tenggelam tapi disapu oeh tsunami besar disini
5. Piramida Tertua di Muka Bumi?
Pada tahun 1914, sejarawan Belanda, N.J Krom terpukau saat melihat situs megalitikum di permukaan sebuah bukit di Cianjur, Jawa Barat. Sang ilmuwan menduganya sebagai kuburan. Sementara, warga lokal mengira, itu istana Prabu Siliwangi yang gagal dibangun dalam waktu semalam.
Ia sempat menuliskan temuannya itu di Rapporten van de Oudheidkundige Dienst. Namun, kemudian, situs itu sempat terlupakan.
Pada 2011, Gunung Padang kembali jadi pusat perhatian. Saat itu, temuan tim peneliti katastrofi purba yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana mengungkapkan, apa yang dilihat N.J Krom baru sekedar permukaan.
Hal menarik, kata mereka sejatinya ada di Perut Gunung Padang. Diduga, situs tersebut bukanlah bukit alami, melainkan sebuah bangunan buatan manusia masa lalu yang berperadaban maju, yang bentuknya pundek berundak — mirip piramida.
Jika terbukti, bisa jadi Gunung Padang adalah punden berundak terbesar di dunia. Juga mungkin yang tertua.
Dua batu berdiri (menhir) yang ada jelang teras pertama situs Gunung Padang diyakini sebagai pintu pembuka lawang dan memiliki cerita tersendiri, Cianjur, Jawa Barat
Seperti dikutip Daily Mail, ahli geologi, Danny Hilman meyakini, situs tersebut dibangun antara 9.000 hingga 20 ribu tahun lalu.
Jika benar, Gunung Padang lebih tua dari piramida Mesir yang dibuat pada 5.000 tahun lalu.
Salah satu teras yang ada di areal situs Gunung Padang di Kampung Cimanggu, Cianjur, Jawa Barat.
“Orang mengira masa prasejarah primitif, namun bangunan itu membuktikan anggapan tersebut salah,” kata dia.
Di tengah kontroversi dan perdebatan, hingga saat ini para ahli terus berusaha membuktikan keotentikan Gunung Padang. Selengkapnya tentang gunung padang dapat dibaca disini
6. Manusia ‘Hobbit’
Liang Bua, tempat ditemukannya Homo floresiensis
Pada 2003, peneliti Indonesia dan Australia yang melakukan ekskavasi di gua batu kapur Liang Bua menemukan fosil tengkorak kecil dan bagian rahang bawah. Meski mungil, ia memiliki susunan gigi dewasa.
Tulang yang membatu itu diperkirakan berusia 180 ribu tahun.
“Ini bukan tengkorak anak kecil, tapi sosok dewasa mini — salah satu hominid atau makhluk mirip manusia dewasa terkecil yang pernah ditemukan,” kata Mike Morwood dari University of Wollongong, Australia saat mengumumkan temuannya.
Sejumlah fosil belulang lain kemudian diekskavasi dan diidentifikasikan sebagai spesies hominid yang disebut sebagai Homo floresiensis.
Homo floresiensis
Sejak penemuan tersebut, para peneliti berusaha menguak misteri asal usulnya.
Pada 2010, para ilmuwan mengungkap bahwa peralatan batu yang ditemukan di Flores menunjukkan bahwa nenek moyang manusia hobbit tinggal di wilayah itu pada 1 juta tahun lalu.
Kemudian, muncul dugaan bahwa nenek moyang hobbit adalah Homo erectus — yang menuai perdebatan sengit soal peranannya dalam rantai evolusi manusia.
Fosil Homo erectus yang ditemukan di Sangiran, wilayah tepi Bengawan Solo di Jawa Tengah pada Abad ke-19 diduga berusia 1,5 juta tahun.
Belakangan, seperti dikutip dari situs LiveScience, para ahli menemukan peralatan dari batu yang diperkirakan berasal dari masa 118 ribu – 194 ribu tahun lalu.
Peralatan itu diperkirakan milik kerabat misterius manusia. Namun, bukan Homo erectus atau Homo floresiensis. Mereka sama sekali berbeda, mungkin nenek moyang manusia hobbit.
“Mungkin ada spesies hominid yang sama sekali berbeda di Sulawesi sebelum manusia modern datang menggunakan perahu sekitar 50 ribu tahun lalu,” kata pemimpin studi, Gerrit van den Bergh, dari University of Wollongong, Australia, seperti dimuat LiveScience 13 Januari 2016.
Para peneliti masih menguak misteri apa gerangan manusia purba yang membuat alat batu tersebut. Keterkaitan uhang pandak dengan homo floresiensis dapat dibaca disini
Related
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.
ConversionConversion EmoticonEmoticon