Kita pasti sudah tidak asing lagi jika mendengar kata Nazi. Ya, Nazi sendiri adalah sebuah partai politik yang pernah ada di Jerman. Partai ini didirikan pada awal 1920-an dan bermarkas di Munchen. Partai ini sangat terkenal akan kekejaman dan rasialisnya.
Tapi siapa sangka, gerakan yang menjadi sentral pada Perang Dunia II ini memiliki salah satu co-pilot yang memiliki darah Indonesia. Dia adalah Willem Eduard de Graaf. Eduard merupakan pria kelahiran Soekaboemi (Hindia-Belanda), 11 Januari 1908 dari pasangan Gustaaf Willem de Graaf dan Elisabeth Cristina Fuglistahler.
Sang ayah adalah bule asal Belanda, sedangkan ibunya sendiri memiliki darah campuran antara Jerman dan Indonesia. Meski memiliki darah bule, namun wajah Eduard sangat kental akan khas Indonesia. Hal inilah yang membuatnya ditolak oleh pihak penerbangan Belanda, KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij).
Sejak saat itulah pula ia memulai memiliki niat untuk “mengkhianati” negara induknya di masa Perang Dunia II.
Setelah putus kerja dari pihak penerbangan Belanda, Eduard akhirnya bergabung dengan partai Nazi Belanda, NS (Nationaal-Socialistiche Beweging) pada tahun 1940, dengan bawah pimpinan Anton Mussert.
Dua tahun kemudian, Eduard mendaftar untuk bergabung sebagai pilot sukarelawan di Luftwaffe. Namun hal ini tak berlangsung lama, pada bulan April 1942, Eduard kembali menawarkan dirinya untuk menjadi pilot di sebuah pabrik pesawat di Leipzig.
Hingga akhirnya pada tahun 1943 dia mendapat tugas untuk melakukan pengintaian rahasia. Dia ditransfer ke Versuchsverband des Oberkommandos der Luftwaffe. Namun, pesawat yang dikemudikannya saat itu mengalami insiden kecelakaan.
Pesawat Letov B-71 DR+PG Werknummer 230 yang dipilotinya terjatuh di wilayah utara Semenanjung Krim (Front Timur). Insiden itu membuatnya menderita cedera serius di bagian kakinya yang menyebabkan dirinya harus absen dari front hingga berbulan-bulan.
Setelah sembuh dari cedera yang dialaminya, Eduard kembali menjalani misinya pada ebruari 1944. Kala itu ia menjadi bagian dari skuadron bomber khusus Kampfgeschwader 200, yang dipimpin oleh salah satu pilot pembom terbaik Luftwaffe dalam Perang Dunia II, Oberst Werner Baumbach.
Dalam misi tersebut, Eduard beserta rekan-rekannya mendapatkan tugas yang lebih banyak dan berbahaya. Sebagai anggota dari Komando Maria I.Gruppe / Kampfgeschwader 200, Eduard sering kali menerbangkan berbagai jenis pesawat terbang yang merupakan hasil rampasan.
Hal itu dilakukannya demi menerjunkan agen-agen rahasia sedekat mungkin ke wilayah target sebelum meninggalkan mereka.
Misi berbahaya yang dilakukan oleh Eduard akhirnya berakhir setelah Jerman menyerah pada bulan Mei 1945. Saat itu Eduard langsung bersembunyi di suatu tempat hingga berbulan-bulan lamanya di Jerman sebelum kabur ke Amerika Selatan.
Hingga saat ini, keberadaan Eduard masih misterius. Pasalnya, pasca menghilang informasi tentang dirinya seakan terhapus.
Republished by Blog Post Promoter
ConversionConversion EmoticonEmoticon