Setiap momen Natal, anak-anak disuguhi cerita Sinterklas alias Santa Claus. Sosok yang dicitrakan sebagai seorang kakek tua yang gemar memberikan hadiah. Anak-anak berbondong-bondong mengirim surat kepada Sinterklas. Mereka meminta hadiah sebagai imbalan prilaku baik mereka. Tapi anak-anak itu tidak bisa mengirimnya ke Sinterklas secara langsung—mereka harus mengirimnya ke Kutub Utara yang dianggap sebagai rumah Santa.
Pertanyaannya; bagaimana Kutub Utara menjadi bagian dari cerita Sinterklas yang penuh dengan mitos itu? Mula-mula, mari kita awali dengan cerita Sinterklas.
Seperti yang dikutip dari tribunnews.com, Asal-usul Sinterklas dapat ditelusuri kembali dari riwayat St. Nikola dari Myra, seorang santo abad ke-4 yang tidak tinggal di Kutub Utara, melainkan di sebuah kota di Romawi Timur dan sekarang bernama Turki.
Lebih dari itu, St. Nikola tidak persis seperti gambaran kita tentang Sinterklas sekarang yang gemuk, periang, dan penuh berjenggot putih. St. Nikola memiliki keyakinan yang kuat dalam prinsip-prinsip Kristen. Ia juga memiliki ketertarikan untuk memberikan hadiah. Kemurahan hatinya membuatnya terkenal—terutama di kalangan para pelaut. Cerita kasih dan kedermawannya lantas menyebar dari mulut-mulut para pelaut ini.
Soal “kepindahan” St. Nikola dari Turki ke Kutub Utara, itu tanggung jawab seorang kartunis asal Jerman, Thomas Nast. Sekitar 1863-1886, Nast mengirim 33 gambar Natal untuk majalah Harper’s Weekly. Dan pada edisi Desember 1866, majalah yang berbasis di Amerika Serikat itu memilih gambar Nast yang menggambarkan situasi Natal—dengan Sinterklas di dalamnya—seperti kita lihat saat ini; Santa yang periang, dengan baju berwarna merah dan janggut putih yang lebat.
Sebelum Nast, Santa digambarkan dalam berbagai bentuk. Dan Nast tak hanya memberi Santa suasana baru, tapi juga rumah baru yang bersalju: Kutub Utara.
Tapi kenapa Kutub Utara?
Selama 1840-an dan 1850-an, ada beberapa ekspedisi ke Kutub Utara yang mendapatkan perhatian dari seluruh dunia. Dalam sekejap, Kutub Utara menjadi terkenal dan menjadi dongeng-dongeng pengantar tidur.
Kutub Utara adalah lokasi di mana salju turun tiap waktu, dan dipahami sebagai tempat yang cocok untuk tempat beristirahat makhluk-makhluk yang diasosiasikan dengan “dingin”.
Publikasi Nast merayakan gagasan bahwa Kutub Utara merupakan dongeng yang belum tersentuh.
Kutub Utara hanya sebuah fantasi seperti halnya Sinterklas, karena belum ada yang pernah melakukan perjalanan ke sana sampai 1909, ketika Robert Peary mendapatkan penghormatan untuk mengunjunginya. Tak seorang tahu apa yang ada di Kutub Utara; tapi Sinterklas dan rusa-rusanya bisa bersembunyi di sana.
Soal rusa, sebelum Sinterklas versi Nast, binatang ini telah menjadi elemen tak terpisahkan dari Sinterklas berkat puisi Clement C. Moore yang ditulis tahun 1823, “A Visit from Saint Nicholas” dan “The Night Before Christmas” yang lebih populer
Related
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.
ConversionConversion EmoticonEmoticon