Disebut Efeknya Mirip Ganja, Tembakau Cap Gorilla Banyak Disalahgunakan


Tembakau super cap gorilla tidak digolongkan sebagai narkoba oleh Badan Narkotika Nasional. Meski begitu, efek pemakaiannya ternyata disebut-sebut mirip dengan ganja.

dr Andri, SpKJ, FAPM, psikiater dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera mengatakan tembakau super cap gorilla memiliki efek yang sama seperti ganja. Selain karena mengandung zat sintetis mirip ganja, sensasi ‘high’ atau ‘halusinasi’ ketika memakainya pun sama.

“Pemakai dari tembakau gorilla ini mengatakan adanya efek seperti ganja yang dirasakan seperti rasa senang yang berlebihan walaupun ada efek samping yang dirasakan seperti halusinasi dan rasa kaku sekujur tubuh sehingga dikatakan seperti tertimpa gorilla. Tidak heran banyak pemakainya mengatakan zat ini berefek mrip ganja,” tutur dr Andri, dalam siaran pers seperti yang dikutip dari detik.com.

Dalam keterangan pers, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut tembakau super cap gorilla mengandung senyawa kimia New Psychoactive Substances (NPS) yaitu AB-CHMINACA yang termasuk jenis Cannabinoid Sintetis.

Senyawa tersebut belum tercantum pada daftar golongan narkotika, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Berbeda dengan heroin, kokain, ganja, ekstasi sabut dan obat psikotropika lainnya yang jelas-jelas sudah diatur dalam Permenkes tersebut.

Meski begitu, dr Andri mengatakan sensasi halusinasi yang dirasakan sama dengan sensasi ketika menggunakan ganja. Efek sampingnya, tubuh terasa kaku sehingga dikatakan seperti tertimpa gorilla.

Pemakaian zat-zat yang menyebabkan euforia ataupun halusinasi ini dikatakan dr Andri sangat berbahaya bagi otak. Euforia dan halusinasi terjadi karena meningkatnya aktivitas neurotransmitter dopamin yang adad di otak.

Dijelaskan dr Andri, dopamin di otak sebenarnya dalam jumlah yang seimbang berfungsi untuk proses berpikir dan merasakan sesuatu. Jika berlebihan maka bisa menimbulkan gejala gangguan jiwa seperti halusinasi dan delusi (biasanya delusi paranoid misalnya ketakutan atau kecurigaan yang berlebihan bahwa ada seseorang yang akan berbuat jahat terhadap dirinya).

“Maka tidak bisa dipungkiri bila pemakaian zat yang bisa memicu peningkatan aktifitas dopamin di otak seperti ganja atau tembakau gorilla bisa memicu terjadinya gangguan jiwa, apalagi pada individu yang memang sudah rentan sistem otaknya dan mempunyai bawaan genetik gangguan jiwa skizofrenia paranoid,” pungkasnya.

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment