Pasar Buku Senen di Jakarta adalah pusat mencari segala macam buku. Di era 80-90’an, segala macam buku ada di Pasar Buku Senen, termasuk buku tabu yang di masanya disebut buku stensilan. Buku tentang kisah erotis itu dikenal sebagai stensilan Enny Arrow, dan Pasar Buku Senen menyediakannya, tapi tentu secara bawah tangan alias diam-diam.
“Enny arrow itu buku panas. Dulu laku banyak yang nyari,” kata Hasan (55) penjual buku di Senen.
Hasan sudah berjualan 35 tahun di Senen. Dia masih ingat, para pemburu Enny Arrow mencari setiap edisi terbitan barunya. Di masa itu stensilan tersebut dijual seharga Rp 2 ribu sampai Rp 5 ribu.
“Tapi gak tahu yang mana pengarangnya. Itu kayak stensil. Kan dilarang buku itu. Saya jualan ngumpet-ngumpet. Banyak buku yang diterbitkan dari Enny Arrow, paling laku buku itu,” tambah Hasan.
Seperti yang dikutip dari detik.com, Hasan memang tak tahu siapa Enny Arrow sebenarnya, yang dia ingat ada beberapa pria yang rutin sebulan sekali mendrop buku tersebut. Hasan tak mengenal banyak dan tak bertanya asal usul pria-pria itu.
Soal siapa Enny Arrow, Hasan juga tak tahu, walau beredar cerita di media sosial kalau Enny Arrow seorang perempuan yang lahir di Bogor dan pernah melanglang buana hingga ke Amerika dan Asia. Hasan juga tidak tahu dan tidak pernah mendapat kabar kalau Enny Arrow kabarnya telah meninggal. Dan ada juga yang dia dengar konon katanya, buku Enny Arrow itu disuplai kelompok tertentu untuk tujuan tertentu.
Saat itu Hasan tak ambil pusing, yang dia tahu stensilan Enny Arrow banyak dicari orang. Stensilan ini buku ukuran kecil, sebesar dompet ibu-ibu dan tidak tebal. Isi cerita Enny Arrow ini penuh kisah cinta, asmara, dan bumbu erotis yang vulgar.
“Soal Enny Arrow, nggak jelas itu bukunya, pengarangnya pun kita nggak tahu aslinya laki-laki atau perempuan. Penerbitnya pun nggak ada, kalau pun ada fiktif. Terputus gitu informasinya. Kalau ada distributor pun ganti-ganti orangnya. Takut semua sama polisi,” urai dia.
“Kalau buku Enny Arrow bisa sampai 200% untungnya. Namanya barang ilegal kan. Para pembeli pun memaklumi harga tersebut. Kalau dulu harga asli buku Enny Arrow Rp 2000-5000,” tutur dia.
Seiring berjalan waktu, Enny Arrow yang menjadi pundi keuntungan mulai ditinggalkan. Akhir 90’an, VCD beredar. Pelanggan Enny Arrow beralih menonton VCD. Pembeli berkurang, dan Enny Arrow pun lenyap tak disetor lagi oleh distributor.
“Saya juga pernah menjual sampai ke Hong Kong. Jadi Enny Arrow laku dijual di sana karena banyak WNI yang cari juga,” tutur Hasan mengenang masa lalu.
Kini sama sekali tak ada buku semacam itu lagi di toko bukunya. Buku bekas, buku baru, tentang novel dan komik, buku pelajaran, dan lainnya yang dia jual. Hasan terus bergerak melayani pembeli yang datang. Satu mimpinya, era emas pasar buku kembali lagi.
Related
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.
ConversionConversion EmoticonEmoticon