Seperti surga, begitulah gambaran sebuah pulau Karibia kecil ini. Di sana banyak pohon-pohon palem bergoyang ke sana ke mari tertiup embusan angin. Pasir putih terhampar luas dan air berwarna hijau zamrud yang tak tersentuh.
Tapi Old Providence memiliki rahasia kelam. Sejumlah pria berpaling pada obat-obatan terlarang, kemudian menghilang begitu saja.
Waktu berjalan sewajarnya di Old Providence. Tidak ada yang bergegas. Tidak ada yang tampak stres, berdasi, berjas, terburu waktu. Mereka pun tidak pernah berhenti tersenyum.
Ini adalah pulau kecil, pernah dijajah oleh Inggris Puritan tahun 1629. Dijadikan markas kapal pribadi milik Inggris, termasuk Kapten Henry Morgan, ketika mereka menyerang kapal pengiriman dan perdagangan Spanyol pada masa itu.
Peta Old Providence (BBC)
eperti yang dikutip dari liputan6.com, Meskipun Old Providence telah lama menjadi bagian dari Kolombia, dan terletak dekat dengan pantai Nikaragua, bahasa ibu mereka adalah Inggris — meski terbata-bata.
Pulau yang berpenduduk 5.000-6.000 orang itu merasa lebih sebagai orang Karibia dibandingkan orang Kolombia. Banyak pula Rastafarian — penganut kepercayaan rasta, dan untuk waktu yang lama tempat tetap ini tak tersentuh oleh para penyelundup geng narkoba Kolombia.
Di pulau ini hampir tidak melihat senjata atau pembunuh bayaran, tidak ada pengawal, atau orang-orang berbaju berkilauan khas gembong narkoba.
Masalahnya berada di bawah permukaan.
“Kami kehilangan kaum pria di sini,” kata salah satu warga kepulauan yang tak ingin disebut identitasnya, seperti dituturkan kepada BBC Magazine, Senin 12 Oktober 2015.
“Menurut pengamatan dan penelitianku, setidaknya ada 800 orang yang dipenjara di lapas-lapas yang berbeda di luar negeri atau telah menghilang begitu saja,” ia menambahkan.
Itu berarti satu dari empat kaum laki-laki di pulau ini telah pergi. Jika penelitian ini benar, jumlah penduduk antara wanita dan pria nyaris sebanding. Namun belum ada angka resmi yang dikeluarkan otoritas pulau itu.
Faktanya adalah bahwa Old Providence tidak selamanya tersentuh masalah Kolombia.
Beberapa tahun yang lalu, penyelundup narkoba menemukan bahwa penduduk pulau ini adalah pelaut yang andal. Dengan pengetahuan mereka tentang perairan sekitar yang tak ternilai harganya diwarisi dari leluhur mereka.
“Mereka adalah anak tangga terakhir pedagang narkoba,” kata wartawan veteran Amparo Ponton, yang telah tinggal di pulau itu selama 25 tahun.
“Kaum pria di pulau ini membaca laut lebih baik dari siapa pun, sehingga mereka dipekerjakan sebagai pengemudi kapal cepat.”
Jika mereka berhasil meloloskan muatan kapal obat untuk tujuan yang dimaksud — dari Honduras ke Florida — mereka bisa mendapatkan ribuan dolar.
Jika tertangkap, mereka berakhir di penjara.
Yang paling apes ketika perahu mereka dikejar oleh penjaga pantai. Para kru kaum pria dari pulau ini harus melempar obat ke laut. Akhirnya mereka harus menjelaskan kepada bos mereka. Imbalannnya? Tugas mereka selanjutnya adalah pekerjaan yang tak mungkin ditolak lagi.
“Anakku berakhir di penjara di Mississippi, Amerika Serikat,” kata seorang ibu.
“Dia sudah menjalani hukuman 6 tahun di Amerika Serikat. Tapi ia mencoba lagi dan gagal lagi. Aku pikir dia mencoba lagi karena dia tidak menemukan pekerjaan,” tuturnya sedih.
“Sebagian besar keluarga di pulau telah dipengaruhi oleh cara ini untuk mendapatkan uang. Kami kehilangan anak-anak laki.”
Salah satu cara untuk menghilangkan masalah ini adalah menciptakan lebih banyak pekerjaan akan mengembangkan pariwisata, tapi keindahan Old Providence seperti tertutup. Berbeda dengan tetangganya, San Andres, yang sekarang dihiasi dengan resor.
Tapi seorang peneliti yang menghitung bahwa 800 kaum adam telah menghilang mengatakan kurangnya kesempatan kerja adalah hanya satu bagian dari masalah.
“Ada juga banyak adrenalin remaja bermain,” kata peneliti itu.
Ia sering curi dengar, remaja-remaja laki-laki berkata ‘Aku punya tiga pilihan – hit, miss or get.’ Dengan kata lain, Anda berhasil, Anda ditangkap, atau terbunuh,” jelasnya.
“Kami telah kehilangan 10 persen dari generasi sebelumku,” kata nelayan Loreno Bent yang berusia 26 tahun.
“Ada anak-anak yang bangun setiap hari tidak tahu di mana ayah mereka, karena dia hilang di laut lepas saat anaknya masih bayi empat bulan.”
“Ibu-ibu menangis karena anak laki-laki mereka meninggalkannya dan tidak pernah kembali. Tak ada yang tahu di mana mereka berada. Mereka bisa berada di penjara, di mana saja di dunia. Kami tidak tahu.”
Tapi dia tidak mengkritik orang-orang yang memilih sebagai kurir obat.
“Laut adalah perekonomian kami, tidak peduli apakah itu legal atau ilegal,” katanya. “Yang penting di sini adalah bahwa mendapatkan uang Anda tidak terlibat kejahatan terhadap manusia lain. Di Kolombia itu dianggap ilegal, tetapi bagi kami, laut adalah bagian dari hidup kami. Jadi tidak bisa melihatnya sebagai sesuatu yang ilegal.”
“Orang-orang mengatakan cara yang kami lakukan untuk mendapat uang adalah hal mudah, tapi nyatanya sebaliknya. Jika Anda bangun pagi dan tahu meletakkan hidup Anda dalam bahaya, maka itu bukanlah uang yang mudah didapatkan..”
Ketika seorang anak laki-laki menghilang, orang tua sering tidak tahu di mana dia telah pergi, atau jika ia akan kembali – mereka merasa terlalu malu tentang kejahatannya.
Meski tak banyak orang yang mempertanyakan nasib mereka, bukan berarti kepahitan hidup mereka tak terasa.
“Ada keluarga di mana kakek buyut, kakek, ayah dan anak yang dipenjara,” kata wartawan Amparo Ponton.
Bisnis Narkoba Kolombia telah melahirkan banyak tragedi. ‘Menghilangnya’ pemuda Old Providence adalah salah satunya.
Related
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.
ConversionConversion EmoticonEmoticon