Komplek Kepatihan seluas kurang lebih 3.973 m2 merupakan kantor Gubernur DIY yang dulunya digunakan kantor kerja dan tempat tinggal Pepatih Dalem, KPH Haryo Danurejo VIII saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Percaya tidak percaya, Kompleks Kepatihan memiliki sejumlah kisah misteri yang membuat bulu kuduk berdiri.
Seperti yang dikutip dari capslk-files.blogspot.co.id, hal ini pun dirasakan oleh seorang jurnalis, M Resya Firmansyah yang ditugaskan di Kantor Gubernur DIY, jalan Malioboro Yogyakarta.
Berawal dari hujan yang mengguyur Yogyakarta, Firman, sapaan akrabnya terjebak hujan saat sedang makan di kantin Kepatihan.
Lantaran tak membawa jas hujan plus membawa barang elektronik seperti laptop, dia memilih untuk menulis laporan di kantin tersebut.
Namun karena pada pukul 16.00 WIB seluruh pedagang telah mengemasi dagangannya dan pulang, dia memilih untuk berpindah tempat menulis.
Sebab, kantin kepatihan terletak di basement BKPM DIY dan tak memiliki colokan listrik.
Mulanya Firman memilih menulis di depan Sekretariat Wakil Gubernur (Setwagub) DIY di sebelah timur Bangsal Kepatihan, sebab di depan Sekretariat Gubernur (Setgub) di sebelah barat Bangsal Kepatihan masih banyak tamu yang berlalu lalang.
Aktivitas menulisnya pun berlangsung hingga Maghrib menjelang.
Dia istirahat menulis untuk salat Maghrib ke masjid di sebelah barat kantor Humas Pemda DIY. Seusai salat Maghrib, dia kembali melanjutkan aktivitas menulis laporan di Gedung Pracimosono.
Dia menulis di gedung itu hingga baterai laptopnya habis. Kemudian Firman kembali ke Bangsal Kepatihan untuk kembali menulis lantaran hanya di tempat itu yang memiliki colokan listrik. Keanehan pun dimulai di sana.
Setelah merampungkan tulisannya, dia masih berada di Bangsal Kepatihan menunggu hujan reda.
Terdengar saut-sautan paduan suara misterius!
Sekitar pukul 18.30 WIB, tetiba terdengar suara paduan suara kor yang menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.
Awalnya dia masih asyik membalas pesan messenger kawannya, dan belum sadar dengan keanehan suara tersebut.
Namun karena suara yang terdengar sayup-sayup di antara bunyi hujan tersebut tetap berlanjut, terlebih Firman sadar bahwa tidak ada seorang pun yang berada di sana.
Dia merasa bahwa suara yang didengarnya ganjil. Dia pun lantas merekam suara ganjil tersebut.
Pun saat rekaman yang berdurasi 27 detik diputar kembali, terdengar jelas suara lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang seperti diputar melalui radio atau pengeras suara.
Padahal di lokasi tersebut tidak ada siapa-siapa, juga lampu di Setgub dan Setwagub DIY padam yang berarti tak ada aktivitas apapun.
Sesaat setelahnya, dia memastikan bertanya kepada staf Humas Pemda DIY, Karno terkait kejadian yang dialaminya. Karno pun menjawab, hal tersebut sudah biasa terjadi di Kompleks Kepatihan.
Berikut videonya…
Serem banget kan, kira-kira itu suara asli atau rekayasa? Bagaimana menurutmu?
Republished by Blog Post Promoter
ConversionConversion EmoticonEmoticon