Serangga Goreng, Kuliner Uji Nyali ala Kamboja


“Rasanya agak manis, garing,” ucap Ngan Ravy, penjual serangga goreng, di kota Siem Reap, Kamboja. Setiap hari, Ngan Ravy bisa menjual sekitar 4-8 kilogram serangga goreng. Serangga yang dijual adalah kecoa, belalang, ulat, termasuk kodok. Di beberapa tempat, juga tersedia ular tanah goreng.


Berbagai serangga goreng dan ular goreng yang disajikan pasar-pasar tradisional di Kamboja.

Ngan Ravy mengungkapkan, penjualan serangga goreng meningkat drastis saat tahun baru tradisional Kamboja yang jatuh pada bulan Februari. Angka penjualan bisa sampai 10-20 kilo per hari selama dua minggu.

“Masyarakat lokal Kamboja gemar makan serangga goreng sebagai teman minum bir. Mungkin sambil setengah mabuk mereka jadi tidak merasa takut makan yang menyeramkan ini,” kata Ngan Ravy seperti yang dikutip dari kompas.com.


Ulat dan serangga goreng di Kamboja.

Serangga goreng juga laris manis dipesan orang untuk pesta hajatan, seperti pesta perkawinan atau kumpul keluarga lokal.

Para penjual serangga goreng mendapatkan serangga dari halaman rumah sendiri. Pasokan ditambah dari kebun atau tanah lapangan di sekitar rumahnya. Beberapa rumah memang sengaja membangun semacam sarang bagi kecoa, belalang, termasuk ulat. “Biasa kami beli dari tetangga 1 dollar sekilo,” kata Ngan Ravy.


Kodok goreng di Kamboja.

Cara memasaknya juga tidak sulit. Pertama, serangga direndam di air garam dan campuran beberapa bumbu dapur. Setelah itu, serangga digoreng biasa dengan minyak goreng di atas kompor batu bara atau kayu bakar. Menurut Ngan Ravy, batu bara atau kayu bakar menambah aroma sedap dan garing pada serangga yang digoreng.

Dan luarbiasanya, serangga goreng yang dimasak ala tradisional ini memang banyak diminati penduduk lokal. Per kaleng kecil, serangga goreng dijual 1 dollar AS atau 4.000 riel atau setara dengan Rp 14.000.


Para turis yang tertarik mencicipi serangga goreng dan berfoto di pasar malam kota Siem Reap, Kamboja.

Selanjutnya, serangga goreng tersebut dimasukkan dalam plastik dan pembeli bisa memakannya sebagai camilan. Ular goreng atau kodok goreng biasa ditusuk dengan tusukan sate yang panjang. Harganya agak sedikit mahal, 1,5–2 dollar AS per tusuk.

Serangga goreng bisa dengan mudah ditemui di penjuru negara Kamboja, terutama di kawasan pinggiran kota, perbatasan darat Thailand dan Vietnam, dan pasar-pasar tradisional. Para turis bisa dengan mudah menemukan penjual serangga goreng di night market atau pasar malam kota Siem Reap.


Penjual serangga goreng di kawasan pinggiran kota Siem Reap, Kamboja.

Para turis asing kebanyakan hanya niat mencicipi, tidak sampai buat makanan camilan. Istilahnya karena penasaran saja. Untuk itu, penjual hanya meminta uang sekitar 1.000-2.000 riel atau setara dengan 0,5 dollar AS untuk beberapa buah serangga goreng. Banyak juga yang hanya sekadar foto-foto.

Berani uji nyali? Kata orang sih manis dan gurih. Kalau berani, ya silakan buktikan sendiri di negara Kamboja…

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.

Previous
Next Post »

1 blogger-facebook:

Click here for blogger-facebook
Ali Man
admin
5 Januari 2016 pukul 11.32 ×

wiih rasanya apa yaa kalo nyicipin makanan ekstrim kaya gitu? kalo di Indonesia sih udah engga asing emg sama cemilan belalang goreng tp kalo makan kodok goreng apa rasanya? hehhee ga bisa ngebayangin

Congrats bro Ali Man you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar
Thanks for your comment