Misteri Kematian Kartini Pada 30 Menit Terakhir, Diracunkah?


Tiap tanggal 21 April, kaum perempuan di Indonesia merayakan Hari Kartini. Hari ini dirayakan untuk mempengeringati atas jasa-jasa sosok pejuang wanita bernama lengkap Raden Ajeng Kartini.

Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, RMAA Sosroningrat, seorang Wedana di Mayong, Jepara. Sedangkan ibunya, MA Ngasirah, seorang guru agama di Telukawur.

Perjuangannya mencoba menjajarkan kesetaraan gender di Indonesia membuat Kartini dianugerahi Pahlawan Nasional pada tanggal 2 Mei 1964 oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dan kemudian ditetapkan hari kelahiran Kartini, yang jatuh tepat pada hari ini, yaitu 21 April.

Sayangnya, perjuangan Kartini untuk membela kaum perempuan di Indonesia tidak berlangsung lama. Dalam usia yang masih sangat muda, yakni 25 tahun, dia dipanggil oleh Sang Maha Kuasa.

Seperti dituliskan dalam sejarah, Kartini meninggal pasca melahirkan, tepatnya empat hari setelah melahirkan. Padahal, sebelumnya dikatakan bahwa Kartini saat itu sedang dalam kondisi sehat-sehat saja, namun tiba-tiba kondisinya memburuk di 30 menit terakhir.

Hal inilah yang menimbulkan kecurigaan.

Dikutip laman Tempo.com, empat malam sebelum Kartini meninggal, Kartini melahirkan anak tunggalnya, Raden Mas Soesalit. Van Ravesteijn, adalah dokter dari Pati yang menangani proses kelahiran Kartini. Sebenarnya, proses kelahiran itu akan ditangani oleh dokter Bouman yang merupakan dokter langganan Kartini, namun saat hari kelahiran, sang dokter tidak ada ditempat.

Proses kelahiran itu bisa dibilang menjadi momen yang menegangkan. Pasalnya, dari pagi hingga sore hari, persalinan tidak kunjung berhasil. Hal ini lantas membuat Ravesteijn menggunakan alat bantu yang tidak tahu persisnya.

Sekitar pukul 21.30, Kartini akhirnya berhasil melahirkan anak pertamanya. Tanpa rasa cemas, Ravesteijn pun pulang ke Pati.

Di hari keempat, Ravesteijn datang kembali untuk memeriksa kondisi Kartini. Saat itu kondisinya masih dalam keadaan sehat dan baik-baik. Tapi sekitar 30 menit kemudian, tepatnya setelah Ravestein pergi, Kartini mengeluh sakit perut yang amat parah.

Melihat kondisi itu, suami Kartini, Djojoadiningrat menyuruh orang memanggil dokter kembali. Ketika dokter itu tiba, kondisi Kartini sudah parah.

“Kecuali ketegangan perut, tidak ada apa-apa dengan Raden Ayu,” kata Bupati Rembang tersebut.

Dan tak lama kemudian, Kartini menghebuskan nafas terakhirnya.

“Dalam pelukan saya dan di hadapan dokter,” ujar Djojoadiningrat.

Sontak saja kematian Kartini ini mengejutkan masyarakat hingga banyak yang menuding bahwa kematian Kartini mati diracun. Bouman bahkan sempat melakukan penyelidikan perihal kematian misterius itu.

Dari seorang kerabatnya yang kenal Ravesteijn, ia mendapat informasi bahwa Ravesteijn adalah dokter yang tidak dapat dipercaya.

“Kudanya saja tidak akan dipercayakan kepada dokter itu,” ujarnya seperti dikutip Sitisoemandari Soeroto dalam Kartini, Sebuah Biografi (1979).

Hingga saat ini, dugaan itu tidak pernah terbukti adanya. Salah satu keponakan Kartini, Sutiyoso Condronegoro, menganggap kecurigaan itu sebagai hal lumrah.

“Desas-desus itu tidak bisa dibuktikan,” ucapnya seperti dikutip Sitisoemandari.

Let's block ads! (Why?)

Previous
Next Post »
Thanks for your comment