Mengapa Rotasi Bumi Melambat?


Pada 1942, pasukan Sekutu berniat mendaratkan ribuan personel pasukannya di sepanjang pantai utara Benua Afrika untuk menghajar pasukan Blok Poros. Seorang peneliti muda menghitung, risiko pendaratan kelewat besar lantaran pada musim tertentu gelombangnya sangat tinggi.

Peneliti muda itu, Walter Munk, mendatangi salah satu komandan Sekutu dan menyampaikan hasil penghitungannya. Tapi siapa yang menganggap penting pendapat seorang peneliti “kemarin sore”. Peringatan Walter Munk hanya ditanggapi sambil lalu. “Mereka pasti sudah memperhitungkannya,” kata sang komandan kepada Munk, kini 91 tahun, seperti dikutip New York Times.

Yakin perhitungannya tak meleset, Munk minta bantuan bosnya di Scripps Institution of Oceanography. Mereka berdua menghitung lebih teliti kapan waktu paling tepat bagi kapal-kapal Sekutu merapat di pantai utara Afrika. Berkat penghitungan Munk, ribuan personel pasukan Sekutu bisa mendarat saat gelombang relatif anteng.

Sejak hari itu, seperti yang dikutip dari detik.com, penghitungan Munk untuk meramal tinggi gelombang laut jadi bagian penting dari operasi pendaratan pasukan, termasuk dalam operasi pendaratan besar-besaran di Normandia, Prancis. Berpuluh tahun mempelajari lautan, di kalangan peneliti oseanografi, Walter Munk sering disebut sebagai “Albert Einstein di Laut”.

Sepanjang 1950-an, Munk meneliti perubahan di atmosfer, kerak bumi, dan gelombang laut serta pengaruhnya terhadap rotasi bumi. Dia curiga ada yang aneh dalam pola rotasi bumi. Dia menduga, perubahan tinggi muka laut akan mempengaruhi kecepatan rotasi bumi. Tapi Munk tak pernah berhasil membuktikannya.

Kini hipotesis Walter Munk baru terbukti. Menurut Mathieu Dumberry, profesor fisika dari Universitas Alberta, Kanada, Walter Munk membuat sejumlah kekeliruan dalam model matematikanya. Perkiraan Munk soal perubahan tinggi muka air laut terlalu besar. Model matematika Munk untuk menghitung perubahan muka laut sejak zaman es juga kurang pas.

Tapi kekeliruan paling besar Walter Munk adalah tidak memperhitungkan pengaruh gerak inti dan kerak bumi terhadap kecepatan rotasi bumi. Inti bumi bergerak ke arah timur, sementara kerak bumi bergerak ke arah berlawanan. “Selama 3.000 tahun, gerak inti bumi sedikit bertambah cepat, sementara gerak kerak bumi sedikit melambat,” kata Mathieu kepada PopularMechanics.

Model matematika Walter Munk memang keliru, tapi hipotesisnya terbukti akurat. Mathieu bersama Jerry Mitrovica, profesor geofisika dari Universitas Harvard, telah membuktikannya. Jika permukaan laut makin tinggi, rotasi bumi bakal melambat dan hari makin panjang.

Mencairnya es di daerah sekitar kutub akan mengalirkan massa air dalam jumlah sangat besar di sepanjang ekuator. Tambahan berat di wilayah ekuator inilah, menurut Jerry, yang membuat rotasi bumi sedikit melambat. “Efeknya seperti peselancar yang mengembangkan kedua tangannya,” kata Jerry kepada Washington Post. Ditambah pengaruh gravitasi bulan plus melambatnya gerakan kerak bumi, jadilah hari makin panjang.


Es di Kutub Utara/US Navy

Menurut taksiran Panel Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (IPCC), sejak 1993 rata-rata permukaan laut naik 3 milimeter setiap tahun. Jerry dan kawan-kawannya menghitung, rotasi bumi melambat 16 ribu detik atau hampir 4,5 jam sejak tahun 500 sebelum Masehi. “Lama hari sekarang lebih panjang satu milidetik dari seabad lalu, tapi bakal makin panjang melihat permukaan laut tambah tinggi,” kata Jerry.

Baca juga mengenai bagaimana jika bumi berhenti seketika disini

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment